5 Proyek Kripto DeFi 2.0 Terbaik yang Berpontensi Menjadi Pelopor
2024-06-07Bittime - Dunia kripto tengah diramaikan oleh Decentralized Finance (DeFi), inovasi teknologi yang merevolusi sektor keuangan. DeFi memungkinkan transaksi dan pembayaran peer-to-peer, tanpa perantara seperti bank atau lembaga keuangan lainnya. Kehadiran DeFi disambut meriah, terbukti dengan banyaknya proyek DeFi baru yang bermunculan. Bahkan, beberapa protokol DeFi terdepan berhasil melampaui performa keseluruhan pasar kripto.
Namun, DeFi 1.0 memiliki keterbatasan. Biaya transaksi yang tinggi dan kecepatan transaksi yang lambat menjadi hambatan untuk adopsi yang lebih luas. Inilah yang melatarbelakangi munculnya DeFi 2.0. Proyek-proyek DeFi 2.0 berupaya mengatasi masalah yang ada pada DeFi 1.0, dengan tujuan menjadikan seluruh ekosistem aplikasi DeFi lebih mudah diakses dan memiliki performa yang lebih baik.
Artikel ini membahas 5 proyek DeFi 2.0 terdepan yang berpotensi menjadi pelopor masa depan keuangan terdesentralisasi:
1. The Graph (GRT): Membuka Akses Data Blockchain yang Mudah
Salah satu tantangan utama dalam pengembangan aplikasi DeFi adalah aksesibilitas data. The Graph hadir sebagai solusi berupa protokol pengindeksan terdesentralisasi. Protokol ini memungkinkan developer untuk dengan mudah meminta dan mengindeks data dari berbagai blockchain.
Dengan The Graph, developer tidak perlu lagi menjalankan infrastruktur mereka sendiri untuk mendapatkan data. Hal ini membuat proses pengembangan aplikasi DeFi menjadi lebih efisien dan cepat. Imagine Anda sebagai pembangun aplikasi. Sebelumnya, untuk mengakses data dari sebuah blockchain, Anda harus memiliki infrastruktur khusus. The Graph menghilangkan kerumitan tersebut. Cukup dengan menggunakan protokol mereka, Anda dapat dengan mudah "bertanya" dan menerima data yang dibutuhkan.
2. Polygon (MATIC): Transaksi DeFi 2.0 yang Cepat dan Hemat
Ethereum, blockchain yang menjadi platform utama untuk banyak proyek DeFi 1.0, kerap mengalami kemacetan dan biaya transaksi yang tinggi. Polygon hadir sebagai solusi Layer 2, yaitu blockchain yang berjalan paralel dengan Ethereum.
Jaringan Polygon menawarkan transaksi yang cepat dan murah, menjadikannya ideal untuk aplikasi DeFi 2.0 yang membutuhkan skalabilitas tinggi. Sebagai gambaran, bayangkan Ethereum sebagai jalan raya utama yang padat kendaraan. Akibatnya, transaksi menjadi lambat dan mahal. Polygon menawarkan jalan alternatif yang lebih lengang, sehingga transaksi dapat diproses dengan cepat dan biaya yang lebih rendah.
3. Cosmos (ATOM): Memecah Belenggu Isolasi Blockchain
Blockchain pada dasarnya adalah sistem tertutup. Ini berarti blockchain yang berbeda tidak dapat berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Cosmos berupaya memecahkan masalah isolasi blockchain dengan menghadirkan protokol komunikasi antar-blockchain.
Protokol ini memungkinkan blockchain yang berbeda untuk saling terhubung dan berinteraksi. Dengan Cosmos, aplikasi DeFi dapat memanfaatkan likuiditas dan fungsionalitas dari berbagai blockchain, mendorong terciptanya ekosistem DeFi yang lebih terintegrasi.
Analogi sederhananya, bayangkan setiap blockchain sebagai sebuah negara. Sebelumnya, negara-negara tersebut tidak bisa bertukar barang atau jasa secara langsung. Cosmos membangun jembatan antar-negara, sehingga mereka dapat saling berinteraksi dan perekonomian global menjadi lebih dinamis.
4. Chainlink (LINK): Menjembatani Dunia Nyata ke DeFi 2.0
Smart contract, program yang menjalankan aplikasi DeFi secara otomatis, seringkali membutuhkan data dari dunia nyata untuk berfungsi dengan baik. Misalnya, aplikasi DeFi yang menawarkan layanan pinjaman mungkin memerlukan data harga aset kripto terkini.
Chainlink menyediakan solusi oracle terdesentralisasi yang menghubungkan smart contract dengan data eksternal yang aman dan terpercaya. Dengan Chainlink, developer DeFi dapat membangun aplikasi yang lebih canggih dan inovatif, karena mereka memiliki akses mudah ke berbagai data penting dari dunia nyata.
5. dYdX (DYDX): Derivatif Kripto dengan Leverage dalam Ekosistem DeFi
dYdX adalah platform perdagangan derivatif kripto terdesentralisasi yang menawarkan fitur leverage kepada penggunanya. Leverage memungkinkan investor untuk memperbesar potensi keuntungan (dan kerugian) mereka dalam perdagangan aset kripto.
Selain itu, dYdX dibangun di atas jaringan Ethereum dan memanfaatkan model tata kelola terdesentralisasi. Ini berarti kontrol atas platform dYdX berada di tangan komunitas penggunanya, mewujudkan cita-cita DeFi yang sesungguhnya: keuangan yang transparan, inklusif, dan terdesentralisasi.
Cara Beli Crypto di Bittime
Kamu bisa beli dan jual aset crypto dengan cara yang mudah dan aman melalui Bittime. Bittime adalah satu aplikasi kripto terbaik di Indonesia yang sudah resmi terdaftar Bappebti.
Untuk bisa beli aset crypto di Bittime, pastikan kamu telah melakukan registrasi dan menyelesaikan verifikasi identitas. Selain itu, pastikan juga kalau kamu punya saldo yang cukup dengan melakukan deposit sejumlah dana ke wallet. Sekadar informasi, minimal pembelian aset di Bittime adalah Rp10.000. Setelah itu, barulah kamu bisa melakukan pembelian aset crypto di aplikasi.
Pantau pergerakan grafik harga Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Solana (SOL) dan kripto lainnya untuk mengetahui tren crypto market hari ini secara real-time di Bittime.
Disclaimer: Pandangan yang diungkapkan secara eksklusif milik penulis dan tidak mencerminkan pandangan platform ini. Platform ini dan afiliasinya menolak segala tanggung jawab atas keakuratan atau kesesuaian informasi yang disediakan. Ini hanya untuk tujuan informasi dan bukan merupakan saran keuangan atau investasi.