Kenapa Harga Bitcoin (BTC) Turun? Ini Jawabannya!
2024-08-16Bittime - Bitcoin sedang mengalami volatilitas yang ekstrem. Sebenarnya, apa yang menjadi faktor penurunan harga aset kripto nomor 1 ini? Simak penjelasannya di artikel ini!
Dalam seminggu pertama Agustus 2024, harga Bitcoin mengalami penurunan drastis sebesar 30%. Aset kripto ini turun dari level tertinggi Rp 1,092 miliar menjadi Rp 772 juta per koin.
Fenomena ini memicu pertanyaan besar di kalangan investor dan pengamat pasar: Mengapa aset yang disebut-sebut sebagai "emas digital" ini bisa jatuh begitu dalam dalam waktu singkat?
Penurunan Harga Bitcoin Timbulkan Kekhawatiran
Penurunan tajam ini tidak hanya mengejutkan para trader. Tetapi, hal ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang stabilitas Bitcoin sebagai penyimpan nilai di era digital.
Meskipun banyak yang menganggap Bitcoin sebagai benteng terhadap ketidakstabilan ekonomi, peristiwa ini menunjukkan bahwa kripto terbesar di dunia ini masih sangat rentan terhadap spekulasi pasar dan faktor-faktor ekonomi makro.
Baca juga: Bitcoin Turun, Begini Analisis Harga BTC Menurut Ahli
Pada tanggal 5 Agustus, Bitcoin mengalami penurunan harga sebesar 13% dalam sehari, menembus level support kunci di Rp 942 juta. Kejatuhan ini semakin mempercepat tren penurunan yang sudah berlangsung beberapa hari sebelumnya.
Penyebab Penurunan Harga Bitcoin (BTC)
Para analis menghubungkan volatilitas ini dengan keputusan Bank of Japan (BoJ) yang mengejutkan pasar global pada 1 Agustus 2024. Untuk pertama kalinya dalam 17 tahun, BoJ menaikkan suku bunga acuan.
Ini menandai pergeseran kebijakan moneter yang signifikan bagi ekonomi terbesar ketiga di dunia tersebut.
Keputusan BoJ ini memiliki dampak yang luas. Kenaikan suku bunga di Jepang menyebabkan penguatan yen terhadap dolar AS, yang pada gilirannya memicu aksi jual besar-besaran aset berisiko tinggi, termasuk Bitcoin.
Investor mulai mengalihkan dana mereka dari aset yang lebih volatil seperti kripto ke investasi yang lebih stabil.
Selain itu, fenomena "carry trade" juga ikut terdampak. Praktik meminjam yen dengan bunga rendah untuk diinvestasikan ke aset berbunga tinggi di negara lain menjadi kurang menarik.
Akibatnya, banyak trader terpaksa melikuidasi posisi mereka di aset berdenominasi dolar AS, termasuk Bitcoin. Ini guna menutupi biaya pinjaman yang meningkat.
Baca juga: Arus Kas Masuk ETF Bitcoin $11,11 Juta pada 15 Agustus 2024
Keputusan The Fed Akan Pengaruhi Harga Bitcoin
Di tengah gejolak ini, The Federal Reserve AS juga menghadapi dilema. Pilihan antara mempertahankan atau menurunkan suku bunga menjadi topik hangat di kalangan ekonom.
Jika The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga, hal ini bisa menjadi sinyal bullish bagi Bitcoin. Penurunan suku bunga seringkali mendorong pencetakan uang yang lebih banyak, yang pada akhirnya bisa mendongkrak harga Bitcoin karena investor mencari perlindungan terhadap inflasi.
Meskipun demikian, Bitcoin telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Harga koin ini telah menemukan dukungan di level Rp 767,5 juta dan saat ini stabil di sekitar Rp 900 juta.
Beberapa investor optimis melihat situasi ini sebagai peluang trading yang langka, dengan menempatkan order beli di level yang lebih rendah, mengantisipasi kemungkinan Bitcoin kembali ke kisaran rendah Rp 500 juta.
Skenario ini mengingatkan kita pada peristiwa "Black Swan" di tahun 2020. Saat itu, harga Bitcoin jatuh 50% dalam dua hari akibat pandemi COVID-19.
Meskipun situasinya berbeda, pola penurunan tajam dalam waktu singkat menunjukkan bahwa pasar kripto masih sangat sensitif terhadap guncangan eksternal.
Bagi para investor, situasi ini menekankan pentingnya memahami konteks ekonomi yang lebih luas saat berinvestasi di aset digital. Keputusan bank sentral, tren ekonomi global, dan sentimen pasar kesemuanya memainkan peran penting dalam pergerakan harga Bitcoin.
Level Kunci Pergerakan Bitcoin di Masa Depan
Melihat ke depan, para analis mengidentifikasi beberapa level kunci yang perlu diperhatikan. Support jangka pendek berada di level Rp 764,4 juta, dengan support utama di Rp 499,2 juta. Sementara itu, level resistensi jangka pendek ada di Rp 858 juta, dengan resistensi yang lebih besar di Rp 942,2 juta.
Terlepas dari volatilitas jangka pendek, banyak pendukung Bitcoin tetap optimis tentang prospek jangka panjang aset ini. Mereka berpendapat bahwa fluktuasi harga yang ekstrem adalah bagian dari proses kematangan Bitcoin sebagai kelas aset baru.
Namun, peristiwa ini juga menjadi pengingat keras bahwa pasar kripto masih sangat muda dan rentan terhadap gejolak. Bagi investor individu, diversifikasi dan manajemen risiko yang hati-hati tetap menjadi kunci dalam menghadapi volatilitas pasar kripto yang tak terduga.
Baca juga Kalkulator Bitcoin Ke Rupiah
Cara Beli Crypto di Bittime
Kamu bisa beli dan jual aset crypto dengan cara yang mudah dan aman melalui Bittime. Bittime adalah satu aplikasi kripto terbaik di Indonesia yang sudah resmi terdaftar Bappebti.
Untuk bisa beli aset crypto di Bittime, pastikan kamu telah melakukan registrasi dan menyelesaikan verifikasi identitas. Selain itu, pastikan juga kalau kamu punya saldo yang cukup dengan melakukan deposit sejumlah dana ke wallet. Sekadar informasi, minimal pembelian aset di Bittime adalah Rp10.000. Setelah itu, barulah kamu bisa melakukan pembelian aset crypto di aplikasi. Belajar Panduan Lengkap Cara Beli Crypto di Bittime.
Pantau pergerakan grafik harga Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Solana (SOL) dan kripto lainnya untuk mengetahui tren crypto market hari ini secara real-time di Bittime.
Disclaimer: Pandangan yang diungkapkan secara eksklusif milik penulis dan tidak mencerminkan pandangan platform ini. Platform ini dan afiliasinya menolak segala tanggung jawab atas keakuratan atau kesesuaian informasi yang disediakan. Ini hanya untuk tujuan informasi dan bukan merupakan saran keuangan atau investasi.